42 Ribu Rakyat Vietnam Tewas Akibat Sisa Bom

Written By Catatan Humla on Selasa, 06 Desember 2011 | 10.25

foto

Nguyen Tan Dung. REUTERS/Beawiharta

Senin, 05 Desember 2011 | 15:36 WIB

TEMPO.CO, Hanoi - Perang Vietnam telah berakhir 36 tahun silam, yang membunuh ratusan ribu orang, baik rakyat Vietnam sendiri maupun tentara Amerika Serikat.

Namun demikian, Perang Vietnam tetap menyisakan duka. Selain karena mengakibatkan ribuan orang cacat juga tewas akibat sisa-sisa bom yang ditanam musuh.

Menurut Perdana Menteri Vietnam Nguyen Tan Dung, sisa-sisa bom Perang Vietnam telah menewaskan 42 ribu rakyat. Di samping itu, jelasnya dalam acara jumpa pers, Senin, 4 Desember 2011, lebih kurang 62 ribu orang cacat disebabkan ledakan senjata perang.

Pada kesempatan yang sama, Duta Besar Amerika Serikat David Shear mengatakan, negaranya telah menyiapkan dana bantuan sebesar US$ 62 juta (Rp 564 miliar) untuk membantu rakyat Vietnam yang menjadi korban perang.

U.S. Vietnam Veterans Memorial Fund mengatakan, Perang Vietnam juga menimbulkan kerusakan lingkungan. "Saat itu, kami menjatuhkan 350 ribu ton bom untuk meluluhlantakkan tanah Vietnam."

Untuk itu, kini Vietnam giat mengumpulkan dana, baik dari dalam negeri maupun luar negeri, guna membersihkan sisa-sisa bom, tambang, dan mengurangi zat kimia yang merusak ladang pertanian rakyat.

Dana yang dibutuhkan Vietnam sebesar US$ 500 juta (Rp 4,5 triliun). "Saat ini, dana yang dimiliki Vietnam sebesar US$ 200 juta (Rp 1,8 triliun) yang digunakan untuk membersihkan 500 ribu hektare sawah di 14 provinsi," ujar Deputi Menteri Buruh Bui Hong Linh.

Perang Vietnam, jelas Perdana Menteri Dung, berakhir pada 1975. Selama perang berkecamuk, Amerika Serikat menjatuhkan tak kurang dari 16 juta ton bom ke tanah Vietnam.

Pada pecah perang 1965 hingga 1973, Amerika Serikat mendukung pemerintahan Vietnam Selatan. Konflik senjata antara dua Vietnam itu terkenal dengan nama Perang Vietnam yang dimenangkan oleh Vietnam Utara, ditandai dengan pengambilalihan Saigon sebagai ibu kota Vietnam Selatan pada 1975, sekaligus mengakhiri perang dan bersatunya dua negara.

AP | REUTERS | CA


View the original article here

Tidak ada komentar:

Posting Komentar